Senin, 29 Oktober 2012

Twitter Akan Berperan Besar di Industri Televisi


Fred Graver, Direktur TV di Twitter, sedang mengerjakan layanan baru Twitter sebagai pengukur rating acara TV. Mungkinkah?
Televisi memonitor media sosial Dalam sebuah ajang berjudul "Ad Age Social Engagement/Social TV Conference", Fred Graver, Direktur TV di Twitter, bercerita tentang bagaimana Twitter kini telah menjadi panduan baru bagi penonton TV.
Situs Lostremote melaporkan apa saja yang dipresentasikan pada ajang yang diselengarakan oleh Ad Age, pada tanggal 17 Oktober yang lalu di Los Angeles, AS.
Fred Graver (@fredgraver) baru saja menjabat posisi itu di Twitter sejak sekitar 90 hari yang lalu. Ia terkesan dengan Twitter sebagai perusahaan yang berbasis teknologi, tetapi sangat terkait dengan dunia media. Ia sendiri memiliki latar belakang yang sangat terkait dengan dunia pertelevisian.
Meskipun Twitter punya pengaruh besar terhadap perkembangan media, tetapi ia menyatakan pada dasarnya Twitter adalah perusahaan berbasis teknologi, yang menggantngkan pada para insinyurnya dalam menjalankan perusahaan.
Graver bercerita tentang bagaimana Twitter kini mulai menjadi teman baru para penonton TV. Setidaknya di AS sendiri, 95% percakapan tentang televisi, atau cara-cara di dalamnya, dapat ditemukan di linimasa Twitter. Topik olah raga dan hiburan, selalu menjadi favorit tweeps.
Fenomena ini, kemudian menimbulkan pertanyaan, apakah Twitter bisa berperan sebagai pengukur popularitas sebuah acara di televisi? Selama ini, popularitas acara TV ditentukan oleh lembaga riset pengukur rating seperti Nielsen, yang memiliki metodologinya tersendiri.
Graver sempat bercerita bagaimana seorang eksekutif televisi memantau semua percakapan di media sosial. Lewat sebuah foto yang ditunjukkan di layar presentasi, eksekutif yang tak disebutkan nama dan stasiun televisinya ini, menurut Graver hampir tak beranjak dari ruangan itu, memantau apa saja yang dipercakapkan tentang acara mereka.
Dengan besaran kicauan yang membicarakan acara televisi, kemungkinan berintegrasi dengan dunia televisi tampak masuk akal. Graver menjelaskan apa yang terjadi saat Olimpiade London 2012 yang lalu. Meski televisi AS menayangkan siaran ulangnya saja, tetapi para penonton mengaku bahwa Twitter justru membuat mereka semakin tertarik menonton TV.
 “Media sosial membuat saya lebih tertarik untuk menonton gim (saat Olimpiade) di televisi,” kutip Gaver dari salsah seorang responden hasil survei mereka.
Ini adalah hal pertama yang ingin disampaikan Graver. Twitter, telah menjadi pendamping bagi para penonton TV. Meski beberapa informasi telah "bocor" sebelumnya di linimasa, menurutnya penonton tidak menganggap ini sebagai bocoran yang merusak niat untuk menonton setiap ajangnya.
Berdasarkan data Nielsen, Graver juga mengutip bahwa 50% penonton TV biasanya tak tahu apa yang ingin ditontonnya. Mereka menyalakan TV, lalu mulai memeriksa linimasa apa yang sedang dipercakapkan tentang acara di televisi. Bisa saja ia jadi tertarik berita politik, atau film yang sedang diputar di televisi, karena "rekomendasi" yang ia dapatkan dari linimasa.
Twitter, kini juga berperan sebagai panduan bagi penonton TV. Layanan seperti Trendrr.tv, telah membuat peringkat sendiri tentang acara-acara yang ramai dipercakapkan di media sosial. Membuka halaman situs ini, sekilas pengunjung bisa memutuskan, acara mana yang dianggap bagus, layak untuk ditonton. Masih ada layanan lainnya seperti Bluefin dan SocialGuide, yang disebut Graver dalam presentasinya.
Saat membicarakan peluang apakah Twitter akan menjadi pengukur rating acara TV, Graver menyatakan inilah yang sedang dikerjakannya di Twitter. Ia mengaku belum tahu apa yang akan ia buat, tetapi ia senang sekali bisa bekerja dengan pihak televisi rekanan mereka, dan para insinyur di Twitter.
Mungkin dalam beberapa bulan atau beberapa tahun ke depan, kita akan melihat bagaimana Twitter membuka lini bisnis baru, dengan bekerja sama dengan jejaring televisi di dunia. Fenomena yang ditunjukkan Graver, sudah beberapa kali kita lihat pula di Indonesia.
Sumber informasi seperti televisi atau media daring, sering menjadi bahan percakapan yang membuatnya menjadi topik tren di Twitter Indonesia. Sebaliknya, beberapa fenomena di Twitter juga menjadi bahan pemberitaan di media arus utama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar